Uppsssssssss .... Topeng Jauk Nyari Nyamuk, Di Paibon Hyang Sari Saat Odalan - Paibon Hyang Sari Ungasan
Headlines News :
Home » , , , , , , , , , » Uppsssssssss .... Topeng Jauk Nyari Nyamuk, Di Paibon Hyang Sari Saat Odalan

Uppsssssssss .... Topeng Jauk Nyari Nyamuk, Di Paibon Hyang Sari Saat Odalan

Written By hyangsari on Minggu, 05 Februari 2012 | 22.56.00

Tari Jauk dan penari  kerahuan, Foto selengkapnya klik disini
Pada hari Minggu tanggal 5 Pebruari 2012, yang merupakan wuku redite wage kuningan,  warga paibon Hyang Sari melakukan piodalan. Piodalan ini merupakan rangkaian ritual yang selalu dilaksanakan setiap enam sasih (enam bulan) sekali. Piodalan hari ini merupakan piodalan nadi karena enam sasih yang lalu dilakukan piodalan encak.

Rencana piodalan yang dimulai jam 15.00 Wita ternyata sedikit molor karena disebabkan adanya persiapan disana sini yang kurang rampung, namun begitu warga sudah berdatangan sejak pukul 14:30 Wita.

Pada jam 15.15 sekaa batel banjar kangin ungasan mulai berdatangan dengan membawa gamelan ke tempat gong di paibon Hyang Sari. Kami dengan beberapa warga duduk-duduk dipemaksan pura sempat berbincang mengenai banyak hal sambil menununggu prosesi odalan berlangsung.

Sekaa kidung sudah mulai mendendangkan kidungan sejak pukul 15:00 wita, dengan dentuman  gong yang
ditabuh sekaa batel mulai pukul 15:49 wita serasa suasana odalan mulai terasa kental.

Tukang banten yang dikomandani dong wasti mengampiri jero mangku yang duduk bersama kami dipemaksan pura, sambil berbisik dan menanyakan gimana selanjutnya. Apa prosesi bisa dilaksakan?. Kurang lebih begitu pertanyaannya. Jero mangku menajawab harus menunggu mangku puseh karena beliau sebagai pemuput karya. "Ya, harus ngantosin pemangku puseh, mangda patut pula-paline" begitu jawab jeru mangku yang merupakan warga paibon dari labuan sait.

Sekira pukul 16:19 menit mangku puseh datang dan langsung menuju ring jero pura. Prosesi odalan pun dimulai. Rangkaian tahap demi tahap prosesi dilakukan dengan runtut dari jero sampai jaba pura.

Setelah prosesi itu selesai semua warga ngaturang kramanining sembah yang langsung dipinpin oleh ida jero mangku.

Nampak warga yang hadir memenuhi jero lan jaba pura melakukan prosesi kramaning sembah dengan kidmat.

Warga yang tidak kebagian tempat pada sesion pertama melakukan persembahyangan dissesion kedua dan seterusnya. Setelah melakukan kramaning sembah tiba saatnya acara ngrenteng yang diawali dengan memendet yang dilakukan oleh beberapa warga yang mau ngayah menari dengan membawa abon-abon yang telah disediakan.

Setelah selesai memendet dilakukan acara ngerenteng yaitu upacara dengan membawa segenap persenjataan, payung dan lain-lain yang ada ring jero pura untuk ditarikan di jabo pura. Kami dengan beberapa warga membawa persenjataan tersebut berdiri mengelilingi para penari yang menari berkeliling mengelingi jero mangku yang muput prosesi upacara di jaba pura.

Setelah jero mangku selesai memuput banten di jaba pura kami pun berkumpul dengan menyatukan senjata diujung atas sambil berteriak pertanda seluruh rangkaian piodalan usai. Kami kembali meletakkan senjata-senjata itu di jero pura pada posisi sesuai tempat masing-masing.

Layaknya pada jaman dulu setiap kali odalan ada yang kerauhan atau kerasukan, saat ini juga ada satu warga yang kerauhan yaitu seorang nenek yang dari pemendetan sampai selesai ngerenteng terus menari namun dengan mudah berhasil disadarkan oleh jero mangku dan jero sadeg (Pak Reding).

Selesai ngerenteng ini biasanya semua warga kembali kerumah masing-masing, tapi tidak untuk kali ini. Mang Nik begitu panggilan penari topeng jauk ini membuat piodalan kali ini berbeda dengan piodalan sebelumnya. Dengan kemahirannya menari ia membawakan Tari Topeng Jauk yang membuat para warga dan pemedok tidak langsung bergegas pulang, namun menonton sampai sesekali mengambil gambar dengan ponsel mereka.

Tari jauk yang dibawakan dengan kocak membuat para penonton tertawa dan terhibur sambil bertepuk tangan. Seolah memadukan lakon yang dibawakan dengan kenyataan yang ada menjadi kombinasi yang sangat lucu dan menghibur. Sebagai contoh saat penari sibuk mencari nyamuk tiba-tiba ia memperagakan dengan menyibak penonton dengan polah menepuk, terang saja para penonton berhamburan lari sambil ketawa terbahak-bahak.

Ditengah kesibukannya mencari nyamuk tiba-tiba kaki penari seperti digigit semut dia pun memperagakan sikap mengusir semut, apa itu lakon atau kenyataan karena kaki kami waktu itu juga tergigit semut. Pak Reding yang berada didekat kami berbisik ternyata kita punya banyak potensi di pura ini. Saat kami tanya pada Pak Eka kenapa mang nik menarikan tarian ini saat odalan, ini kan ngggak sepeti biasanya?. Apa dia mesesangi?. Dengan senyum lebar pak Eka yang merupakan saudara mang Nik menjawab: "Sing je, i nik kan suba biasa nari topeng jauk ene di Pura Batu pageh, labuh api, dan liu masih ne lenan, ya anak maturan masak di prura pedidi sin nyak ngayah". O..begitu. Tari jaukpun diakhiri dengan tepuk tangan para penonton, seiring penari masuk ke jero pura.

Pukul 19:19 Wita semua prosesi pun berakhir kamipun beserta warga yang lain langsung bubar menuju tempat atau rumah masing-masing.


yan andie
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Dre@ming Media | Dre@ming Post | I Wayan Arjawa, S.T.
Copyright © 2011. Paibon Hyang Sari Ungasan - All Rights Reserved
Template Created by Excata Published by DLC
Proudly powered by Dre@ming Media